Imam
Al-Ghazali berpendapat bahwa khusyuk dalam salat mengandung makna batin yang
meliputi enam unsur, yaitu:
1. Kehadiran hati atau konsentrasi
2. Memahami bacaan salat
3. Mengagungkan Allah
4. Haibah (perasaan takut kepada Allah)
5. Raja’ (pengharapan kepada Allah)
6. Haya’ (perasaan malu kepada Allah)
Prof.
Tengku Hasbi As Shiddieqy mengajukan 7 saran sebagai kiat kusyuk dalam shalat:
1. Hendaklah kita menganggap berdiri di
hadapan Allah yang Mahakuasa, Yang Maha Mengetahui segala rahasia
2. Hendaklah memahami zikir-zikir yang
dibaca, yakni memperhatikan maknanya, kandungannya, serta maksudnya.
3. Hendaklah memanjangkan rukuk dan sujud
(tuma’ninah)
4. Tidak mempermainkan anggota tubuh, seperti
menggerakkan tangan, menggaruk kepala, dan berpaling-paling.
5. Hendaklah tetap memandang ke tempat sujud,
walaupun bermata buta atau bersalat di sisi Kabbah.
6. Hendaklah menjauhkan diri dari segala yang
mengganggu hati, seperti menahan buang air besar atau kecil.
Untuk
bisa khusyuk dalam salat diperlukan juga langkah persiapan dan kesiapan sebagai
pra-kondisi sebelum salat atau di luar shalat. Pra-kondisi di sini yang dimaksud
antara lain:
Memahami
fungsi, tujuan, dan tata cara pelaksanaan salat, dengan mengacu pada petunjuk
Al Qur’an dan sunnah Rasul.
Melaksanakan
wudu dengan pelaksanaan dan penghayatan yang baik dan benar.
Menyambut
bacaan azan dan iqamah dengan penuh penghayatan.
Memilikih
tempat salat (masjid / musala) yang kondusif, yaitu suci, bersih, nyaman,
tenang, dan menyenangkan.
Menjauhkan
berbagai hal yang bisa mengganggu konsentrasi pelaksanaan salat. Misal:
mematikan handphone.
Memiliki
niat yang ikhlas disertai kedekatan dan ketaatan kepada Allah.